Langsung ke konten utama

Mentari

Aku
-Mega Apryanti


Tertata senyum ketika sedang menangis
Tertawa ketika sedang bahagia 
Bercermin ketika sedang mengoreksi diri
Bukan karena ingin cantik 
Bukan karena ingin tampil merona 
Karena aku tahu wajahku siapa aku bagaimana aku 
Ketika cerminan diri tertaruh selalu dalam genggaman erat 

Aku yag dibawah mentari 
Disiang hari yang sedang beraktifitas 
Memanja kaki mengerutkat jidat 
Melirik antartika yang didalam nya terdapat sejuta kesedihan 
Aku tersandung kegelisahan 
Aku tersandung kebingungan 
Aku tersandung rasa kesakitan
Entah apa ? 
Perasaankah ? 
Bukan perasaan tapi tentang hak 


Aku yang sedang bejalan 
Menapakan kaki yang berbalut sepatu kuda 
biar apa ? biar kuat, 
Karena kaki ku rapuh serapuh kertas usang 


Aku yang bukan presiden 
Aku yang rakyat 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurora

Gelap  Wahai kamu kegelapan sengaja aku mengundangmu dalam balutan rindu Wahai kamu yang berselubung dalam tirai jubah Yang kamu pakai itu tetap tidak bisa menutupi apa yang kamu rasakan Katamu saja rindu.. tapi itu menyakitkan Wahai kegelapan secerca harapan untuk selalu brsholawat kepada Nabi yang selalu menguatkan bira hati yang lemah secarik kertas tak bisa membendung deras kucuran air yang merambah dari kelopak mata mengerayap akan kekuasaan untuk kegelapan Wahai kamu yang ada dibalik dinding sedukah kalian menemani si gelap bercerita? kau bulir hujan yang datang bergelombol ke muka bumi manusia atas mu ubun-ubun sampai kaki basah disanalah seketika sisi jeritan jiwa menjerit "Oh inikah?" Wahai angin kau akan aku jadikan selimut dingin pada malam ini untuk menemani berbisik bisik asmara yang sedang patah untuk bercerita tentang sidia yang tak mau difahami yang selalu berada dalam kepura-puraan dan Aku bingun karenanya Mega Apryanti G

Merpati bercerita

Penantian yang sama  Mega Apryanti Yang sedang jauh berdiri  Memanjakan angin dan helaian sepi  Yang sedang menunggu  tepian pelepis rindu  Yang sedang cemas  sedikit memudar tidak was-was  Digenggam nya tekad  memasukan nya kedalam kantung jaket tebal  berjalan langkahnya seperti keseriusan  topi jaket nya menutup kepala yang isinya materi  Menjelma seorang yang menunggu  Entah siapa yang sedang ditunggu? Tukang Angkot? tukang becak? Tukang kusir kuda? yang jelas saat itu sedang senja  disebrang jalan pertigaan  Antara pasar, toko sandal, sekolahan  yang sedang dipandang akhirnya menghilang  kemana perginya ?  Saat hari berlalu terus menurus menunggu  Tak sia digoyahkan seluruh tekad untuk tetap dalam penantian  Meski yang pada ujungnya kesia-siaan itu ada  Masih dalam penantian yang sama. 

Remang

Remang -Mega Apryanti Hai genangan Hai juga kenangan Mereka penyapa yang terbaik bukan ? Oh ya tentu saja Hai hujan Hai juga maha kerinduan Mereka bersaing ingin menyatu Oh ya tentu saja Aku yang berdiri diantara kerumunan orang pemilihan yang tersandung cerita duka setiap pengenalan arti kehidupan yang berdiri tegar dipelipih kesakitan yang digertak bagai kesalahan Hai angin Hai juga keinginan Mereka yang tiba tiba terbang Oh ya tentu saja Aku ceritakan segalanya bersama seluruh penderitaan mencintai sebuah kesalahan hal bodoh yang tak bisa disangkal dalam nya remang remang