Langsung ke konten utama

Merpati bercerita


Penantian yang sama 

Mega Apryanti


Yang sedang jauh berdiri 
Memanjakan angin dan helaian sepi 
Yang sedang menunggu 
tepian pelepis rindu 
Yang sedang cemas 
sedikit memudar tidak was-was 

Digenggam nya tekad 
memasukan nya kedalam kantung jaket tebal 
berjalan langkahnya seperti keseriusan 
topi jaket nya menutup kepala yang isinya materi 

Menjelma seorang yang menunggu 
Entah siapa yang sedang ditunggu?
Tukang Angkot? tukang becak? Tukang kusir kuda?
yang jelas saat itu sedang senja 

disebrang jalan pertigaan 
Antara pasar, toko sandal, sekolahan 
yang sedang dipandang akhirnya menghilang 
kemana perginya ? 

Saat hari berlalu terus menurus menunggu 
Tak sia digoyahkan seluruh tekad untuk tetap dalam penantian 
Meski yang pada ujungnya kesia-siaan itu ada 
Masih dalam penantian yang sama. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurora

Gelap  Wahai kamu kegelapan sengaja aku mengundangmu dalam balutan rindu Wahai kamu yang berselubung dalam tirai jubah Yang kamu pakai itu tetap tidak bisa menutupi apa yang kamu rasakan Katamu saja rindu.. tapi itu menyakitkan Wahai kegelapan secerca harapan untuk selalu brsholawat kepada Nabi yang selalu menguatkan bira hati yang lemah secarik kertas tak bisa membendung deras kucuran air yang merambah dari kelopak mata mengerayap akan kekuasaan untuk kegelapan Wahai kamu yang ada dibalik dinding sedukah kalian menemani si gelap bercerita? kau bulir hujan yang datang bergelombol ke muka bumi manusia atas mu ubun-ubun sampai kaki basah disanalah seketika sisi jeritan jiwa menjerit "Oh inikah?" Wahai angin kau akan aku jadikan selimut dingin pada malam ini untuk menemani berbisik bisik asmara yang sedang patah untuk bercerita tentang sidia yang tak mau difahami yang selalu berada dalam kepura-puraan dan Aku bingun karenanya Mega Apryanti G...

Mentari

Aku -Mega Apryanti Tertata senyum ketika sedang menangis Tertawa ketika sedang bahagia  Bercermin ketika sedang mengoreksi diri Bukan karena ingin cantik  Bukan karena ingin tampil merona  Karena aku tahu wajahku siapa aku bagaimana aku  Ketika cerminan diri tertaruh selalu dalam genggaman erat  Aku yag dibawah mentari  Disiang hari yang sedang beraktifitas  Memanja kaki mengerutkat jidat  Melirik antartika yang didalam nya terdapat sejuta kesedihan  Aku tersandung kegelisahan  Aku tersandung kebingungan  Aku tersandung rasa kesakitan Entah apa ?  Perasaankah ?  Bukan perasaan tapi tentang hak  Aku yang sedang bejalan  Menapakan kaki yang berbalut sepatu kuda  biar apa ? biar kuat,  Karena kaki ku rapuh serapuh kertas usang  Aku yang bukan presiden  Aku yang rakyat