Langsung ke konten utama

Postingan

Aurora

Gelap  Wahai kamu kegelapan sengaja aku mengundangmu dalam balutan rindu Wahai kamu yang berselubung dalam tirai jubah Yang kamu pakai itu tetap tidak bisa menutupi apa yang kamu rasakan Katamu saja rindu.. tapi itu menyakitkan Wahai kegelapan secerca harapan untuk selalu brsholawat kepada Nabi yang selalu menguatkan bira hati yang lemah secarik kertas tak bisa membendung deras kucuran air yang merambah dari kelopak mata mengerayap akan kekuasaan untuk kegelapan Wahai kamu yang ada dibalik dinding sedukah kalian menemani si gelap bercerita? kau bulir hujan yang datang bergelombol ke muka bumi manusia atas mu ubun-ubun sampai kaki basah disanalah seketika sisi jeritan jiwa menjerit "Oh inikah?" Wahai angin kau akan aku jadikan selimut dingin pada malam ini untuk menemani berbisik bisik asmara yang sedang patah untuk bercerita tentang sidia yang tak mau difahami yang selalu berada dalam kepura-puraan dan Aku bingun karenanya Mega Apryanti G
Postingan terbaru

Hoshii

Hoshii -Mega Apryanti Garut 22 Desember 2016 Bisa ku sembunyikan wajhku Bisa ku tata senyum kepura-puraanku Bisa aku bermain kebohngan diatas kenyataan Bisa ku tutup dengan cadar merah wajahku Bisa kututup segala kenangan kehidupanku Tetapi wajahnya tersirat keraguan Antara kebenaran dan kebohongan Gersang pemikiran antra pohon dan daun nya Tetapi juga wajahnya menyimpan ungkapan cinta yang tulus dariku Meski ungkapan berbahasa tubuh yang bisu Biarkan, biarkan kamu pergi Bersama terbangnya daun terakhir yang gugur Manisnya gelora daun berwarna coklat dengan kejujuran berambang ambang seluruh kenangan lalu pergi bersama pengharapan Tersirat akhirnya urat nadi bergetar seluruh tubuh mengerut air mata pun berperasaan ini bukan tentang hilang dan perginya tapi tenang kebodohan telah mencintainya Segenap kehidupan yang kokoh Segenap pengharapan yang rapuh Menyatu dalam nadi yang terus hidup bersama fatamorgana Hilang sudah sesaat dan sepintas perasaan

Remang

Remang -Mega Apryanti Hai genangan Hai juga kenangan Mereka penyapa yang terbaik bukan ? Oh ya tentu saja Hai hujan Hai juga maha kerinduan Mereka bersaing ingin menyatu Oh ya tentu saja Aku yang berdiri diantara kerumunan orang pemilihan yang tersandung cerita duka setiap pengenalan arti kehidupan yang berdiri tegar dipelipih kesakitan yang digertak bagai kesalahan Hai angin Hai juga keinginan Mereka yang tiba tiba terbang Oh ya tentu saja Aku ceritakan segalanya bersama seluruh penderitaan mencintai sebuah kesalahan hal bodoh yang tak bisa disangkal dalam nya remang remang

Mentari

Aku -Mega Apryanti Tertata senyum ketika sedang menangis Tertawa ketika sedang bahagia  Bercermin ketika sedang mengoreksi diri Bukan karena ingin cantik  Bukan karena ingin tampil merona  Karena aku tahu wajahku siapa aku bagaimana aku  Ketika cerminan diri tertaruh selalu dalam genggaman erat  Aku yag dibawah mentari  Disiang hari yang sedang beraktifitas  Memanja kaki mengerutkat jidat  Melirik antartika yang didalam nya terdapat sejuta kesedihan  Aku tersandung kegelisahan  Aku tersandung kebingungan  Aku tersandung rasa kesakitan Entah apa ?  Perasaankah ?  Bukan perasaan tapi tentang hak  Aku yang sedang bejalan  Menapakan kaki yang berbalut sepatu kuda  biar apa ? biar kuat,  Karena kaki ku rapuh serapuh kertas usang  Aku yang bukan presiden  Aku yang rakyat 

Merpati bercerita

Penantian yang sama  Mega Apryanti Yang sedang jauh berdiri  Memanjakan angin dan helaian sepi  Yang sedang menunggu  tepian pelepis rindu  Yang sedang cemas  sedikit memudar tidak was-was  Digenggam nya tekad  memasukan nya kedalam kantung jaket tebal  berjalan langkahnya seperti keseriusan  topi jaket nya menutup kepala yang isinya materi  Menjelma seorang yang menunggu  Entah siapa yang sedang ditunggu? Tukang Angkot? tukang becak? Tukang kusir kuda? yang jelas saat itu sedang senja  disebrang jalan pertigaan  Antara pasar, toko sandal, sekolahan  yang sedang dipandang akhirnya menghilang  kemana perginya ?  Saat hari berlalu terus menurus menunggu  Tak sia digoyahkan seluruh tekad untuk tetap dalam penantian  Meski yang pada ujungnya kesia-siaan itu ada  Masih dalam penantian yang sama.